Regresi spasial merupakan salah satu alat statistik populer. Dalam konteks analisis statistik, metode tersebut berhubungan erat dengan berbagai variabel dalam ruang geografi.

Mengenal Regresi Spasial Dalam Analisis Statistika

Cabang ilmu statistik cukup luas. Cakupannya meliputi pengumpulan data, interpretasi pengorganisasian data, dan presentasi.

Statistik juga memiliki berbagai metode, yang mana penggunaannya berdasarkan studi kasus dan hubungan sebab akibat. Dalam hal ini, kita mengenal yang namanya analisis regresi, yaitu suatu metode statistik untuk mengeksplorasi serta memahami hubungan sebab akibat antara variabel yang satu dengan yang lain.

Namun, ada kalanya kita berhadapan dengan unsur lokasi sebagai faktor krusial dalam sebuah penelitian. Ketika berhadapan dengan unsur ini, terutama dalam lingkungan geografis, analisis regresi spasial menjadi pilihan paling relevan.

Karena berkaitan dengan kondisi geografis, maka analisis ini melibatkan elemen koordinat lokasi. Ada garis latitude dan longitude, untuk memudahkan pemahaman dan mengukur efek lokasi spasial yang mungkin terjadi antar wilayah.

Konsepnya berorientasi pada hukum geografi pertama di tahun 1970 yang dikemukakan oleh Tobler. Hukum tersebut menyatakan bahwa “Semua yang ada di alam semesta itu saling berhubungan. Adapun hal-hal yang dekat memiliki hubungan lebih mendalam. Sebaliknya, hal-hal yang jauh tidak terlalu terpengaruh”.

Contoh Implementasi 

Supaya lebih paham mari kita simak contoh pengimplementasian regresi spasial dalam kasus berikut.

Misalkan saja seorang peneliti ingin memahami faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengangguran di wilayah Jabodetabek. Supaya lebih mudah menyampaikan ke audiens, maka bisa menggunakan alat statistik tersebut.

Asumsinya adalah bahwa wilayah-wilayah yang berada di wilayah Jabodetabek saling mempengaruhi dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan. Metode ini sangat membantu memperhitungkan pengaruh spasial antar wilayah se-Jabodetabek dalam pemodelan tingkat pengangguran.

Kasus lain, baru-baru ini, Sulawesi Tenggara, tepatnya di Muna Barat, telah terjadi 40 kasus DBD. Selain itu, juga ditemukan 5 kasus malaria.

Maka, seorang peneliti akan menelaah faktor-faktor lingkungan sekitar yang mempengaruhi jumlah kasus malaria di kabupaten-kota di Sulawesi Tenggara. Dalam hal ini, peneliti berasumsi bahwa daerah yang berdekatan dengan Muna Barat berpotensi lebih besar terkena dampak dari wilayah yang mengalami wabah DBD dan malaria.

Dari 2 contoh tadi, kita bisa menarik kesimpulan bahwa analisis regresi spasial bertujuan mengidentifikasi sekaligus mengukur efek spasial antar wilayah yang kemungkinan besar mempengaruhi variabel dependen atau respons. Pada intinya, pendekatan ini memungkinkan seorang peneliti menggali dan menyelidiki lebih dalam hubungan antar variabel dalam lingkup geografis.